Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pedoman Pembebanan Jembatan SNI 1725:2016

Pedoman-Pembebanan-Jembatan-SNI-1725:2016
Pedoman Pembebanan Jembatan SNI 1725:2016

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang “Pembebanan untuk jembatan” adalah revisi dari SNI 03-1725-1989, Pembebanan jembatan jalan raya, Pedoman perencanaan. Adapun beberapa ketentuan teknis yang direvisi antara lain distribusi beban D dalam arah melintang, faktor distribusi beban T, kombinasi beban, beban gempa, beban angin, dan beban fatik.

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan minimum untuk pembebanan beserta Batasan penggunaan setiap beban, faktor beban dan kombinasi pembebanan yang digunakan untuk perencanaan jembatan jalan raya, termasuk jembatan pejalan kaki serta bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan tersebut. 

Ketentuan mengenai pembebanan juga dapat digunakan untuk penilaian/evaluasi struktur jembatan yang sudah beroperasi. Jika jembatan diharapkan untuk memenuhi beberapa tingkat kinerja, pemilik jembatan bertanggung jawab untuk menentukan tingkat kinerja yang diinginkan.

Standar ini juga memberikan faktor beban minimum yang diperlukan untuk menentukan besarnya beban-beban rencana selama masa konstruksi. Persyaratan tambahan untuk pembangunan jembatan beton segmental ditentukan dalam tata cara perencanaan jembatan beton. Dalam hal khusus, beban-beban dan aksi-aksi serta metode penerapannya boleh dimodifikasi dengan seizin pemilik pekerjaan.

Acuan normatif

Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini.

SNI 2833:2008 Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan

Ketentuan umum

Peraturan ini berisi ketentuan teknis untuk menghitung aksi nominal, definisi tipe aksi, serta faktor beban yang digunakan untuk menghitung besarnya aksi rencana. Secara ringkas pengaruh beban dan kombinasinya bisa dilihat pada Tabel 1.

Aksi rencana digabungkan satu dengan yang lainnya sesuai dengan kombinasi perencanaan yang disyaratkan dalam perencanaan jembatan. Bangunan sekunder yang merupakan bagian jembatan mempunyai persyaratan khusus dalam perencanaannya. 

Perencana harus menentukan semua aksi yang dapat terjadi selama umur rencana jembatan. Setiap aksi yang tidak umum yang tidak dijelaskan dalam tata cara ini harus dievaluasi dengan memperhitungkan besarnya faktor beban serta lamanya aksi tersebut bekerja.

Apabila semua aksi telah diketahui, seluruh kombinasi yang ada harus dihitung sesuai dengan Pasal 6. Suatu kombinasi berlaku untuk bagian dari jembatan saja, dan beberapa aksi dapat terjadi secara bersamaan. Hal semacam ini harus bisa ditentukan oleh perencana.

Aksi rencana diperoleh dengan cara mengalikan aksi nominal dengan faktor beban yang sesuai. Dalam hal aksi yang merupakan beban terbagi merata seperti lapis permukaan aspal beton pada jembatan bentang menerus, dimana hanya sebagian aksi adalah mengurangi, maka perencana harus menggunakan hanya satu nilai faktor beban untuk seluruh aksi tersebut. 

Aksi-aksi rencana digabungkan untuk memperoleh kombinasi pembebanan yang telah ditentukan untuk dapat membedakan secara langsung beberapa kombinasi dan menguranginya dengan kombinasi yang memberikan pengaruh paling kecil pada jembatan. Kombinasi selebihnya adalah yang harus digunakan dalam perencanaan jembatan.

Penjelasan yang terperinci dari beban-beban rencana yang digunakan harus dicantumkan dalam gambar perencanaan jembatan sebagai berikut :

a. Judul dan edisi tata cara yang digunakan;

b. Perbedaan penting terhadap persyaratan dalam tata cara ini;

c. Pengurangan yang diizinkan dari 100% beban lalu lintas rencana;

d. Zona gempa

e. Aksi-aksi rencana yang penting, seperti :

   - kecepatan angin

   - penurunan/perbedaan penurunan

   - kecepatan arus/beban hanyutan

f. Beban untuk perencanaan fondasi

g. Temperatur rencana untuk pemasangan perletakan dan siar muai

Filosofi perencanaan

Jembatan harus direncanakan sesuai dengan keadaan batas yang disyaratkan untuk mencapai target pembangunan, keamanan, dan aspek layan, dengan memperhatikan kemudahan inspeksi, faktor ekonomi, dan estetika.

Keadaan batas daya layan

Keadaan batas daya layan disyaratkan dalam perencanaan dengan melakukan pembatasan pada tegangan, deformasi, dan lebar retak pada kondisi pembebanan layan agar jembatan mempunyai kinerja yang baik selama umur rencana.

Keadaan batas fatik dan fraktur

Keadaan batas fatik disyaratkan agar jembatan tidak mengalami kegagalan akibat fatik selama umur rencana. Untuk tujuan ini, perencana harus membatasi rentang tegangan akibat satu beban truk rencana pada jumlah siklus pembebanan yang dianggap dapat terjadi selama umur rencana jembatan.

Keadaan batas fatik dan fraktur dimaksudkan untuk membatasi penjalaran retak akibat beban siklik yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kegagalan fraktur selama umur desain jembatan.

Keadaan batas kekuatan

Keadaan batas kekuatan disyaratkan dalam perencanaan untuk memastikan adanya kekuatan dan kestabilan jembatan yang memadai, baik yang sifatnya lokal maupun global, untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara statistik mempunyai kemungkinan cukup besar untuk terjadi selama masa layan jembatan. Pada keadaan batas ini, dapat terjadi kelebihan tegangan ataupun kerusakan struktural, tetapi integritas struktur secara keseluruhan masih terjaga.

Keadaan batas ekstrem

Keadaan batas ekstrem diperhitungkan untuk memastikan struktur jembatan dapat bertahan akibat gempa besar. Keadaan batas ekstrem merupakan kejadian dengan frekuensi kemunculan yang unik dengan periode ulang yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan umur rencana jembatan.

Daktilitas

Sistem struktur jembatan harus diproporsi dan didetailkan agar diperoleh perilaku deformasi inelastik pada keadaan batas ultimit dan ekstrem sebelum mengalami kegagalan. Perangkat disipasi energi gempa dapat digunakan untuk menggantikan sistem pemikul beban gempa konvensional beserta metodologi perencanaan tahan gempa yang dimuat dalam Peraturan Perencanaan Gempa untuk Jembatan.

Faktor beban dan kombinasi pembebanan

Komponen dan sambungan pada jembatan harus memenuhi Persamaan 1 untuk kombinasi beban-beban ekstrem seperti yang ditentukan pada setiap keadaan batas sebagai berikut : 

Kuat I : Kombinasi pembebanan yang memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam keadaan normal tanpa memperhitungkan beban angin. Pada keadaan batas ini, semua gaya nominal yang terjadi dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.

Kuat II : Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan penggunaan jembatan untuk memikul beban kendaraan khusus yang ditentukan pemilik tanpa memperhitungkan beban angin.

Kuat III : Kombinasi pembebanan dengan jembatan dikenai beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam.

Kuat IV : Kombinasi pembebanan untuk memperhitungkan kemungkinan adanya rasio beban mati dengan beban hidup yang besar.

Kuat V : Kombinasi pembebanan berkaitan dengan operasional normal jembatan dengan memperhitungkan beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam.

Ekstrem I : Kombinasi pembebanan gempa. Faktor beban hidup yang mempertimbangkan bekerjanya beban hidup pada saat gempa berlangsung harus ditentukan berdasarkan kepentingan jembatan.

Ekstrem II : Kombinasi pembebanan yang meninjau kombinasi antara beban hidup terkurangi dengan beban yang timbul akibat tumbukan kapal, tumbukan kendaraan, banjir atau beban hidrolika lainnya, kecuali untuk kasus pembebanan akibat tumbukan kendaraan (TC). Kasus pembebanan akibat banjir tidak boleh dikombinasikan dengan beban akibat tumbukan kendaraan dan tumbukan kapal.

Layan I : Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional jembatan dengan semua beban mempunyai nilai  nominal serta memperhitungkan adanya beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam. 

Kombinasi ini juga digunakan untuk mengontrol lendutan pada gorong-gorong baja, pelat pelapis terowongan, pipa termoplastik serta untuk mengontrol lebar retak struktur beton bertulang; dan juga untuk analisis tegangan tarik pada penampang melintang jembatan beton segmental. Kombinasi pembebanan ini juga harus digunakan untuk investigasi stabilitas lereng.

Layan II : Kombinasi pembebanan yang ditujukan untuk mencegah terjadiny apelelehan pada struktur baja dan selip pada sambungan akibat beban kendaraan. 

Layan III : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada arah memanjang jembatan beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak dan tegangan utama tarik pada bagian badan dari jembatan beton segmental.

Layan IV : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada kolom beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak. 

Fatik : Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur fatik akibat induksi beban yang waktunya tak terbatas.

Download Pedoman Pembebanan Jembatan SNI 1725:2016

Silahkan unduh Pedoman Pembebanan Jembatan SNI 1725:2016 secara GRATIS dengan mengklik tulisan Download dibawah ini

Download

Kesimpulan

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang “Pembebanan untuk jembatan” antara lain distribusi beban D dalam arah melintang, faktor distribusi beban T, kombinasi beban, beban gempa, beban angin, dan beban fatik.

Standar ini menetapkan persyaratan minimum untuk pembebanan beserta Batasan penggunaan setiap beban, faktor beban dan kombinasi pembebanan yang digunakan untuk perencanaan jembatan jalan raya, termasuk jembatan pejalan kaki serta bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan tersebut.

Post a Comment for "Pedoman Pembebanan Jembatan SNI 1725:2016"