Rekayasa Keselamatan Jalan Black Spot
Rekayasa Keselamatan Jalan Black Spot |
Rekayasa keselamatan jalan dilakukan pada daerah atau lokasi yang sering atau rawan terjadi kecelakaan (blackspot). Kini istilah itu tetap digunakan untuk menggambarkan lokasi tempat paling banyak terjadi tabrakan fatal atau tabrakan dengan korban cedera terbanyak. Definisi tentang berapa banyak tabrakan terjadi di suatu lokasi agar menjadi titik rawan kecelakaan berbeda antara satu negara dengan yang lain.
Investigasi blackspot (proses reaktif) menggunakan data kecelakaan untuk mencari pola tabrakan di suatu blackspot. Investigasi ini kemudian mengembangkan tindakan terpadu yang biayanya murah untuk mengurangi tingkat keparahan kecelakaan pada masa mendatang. Proses investigasi blackspot bertujuan untuk mengembangkan tindakan pencegahan terpadu yang biayanya murah, namun manfaatnya banyak, yang dapat diterapkan di lokasi sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan dan/atau tingkat keparahan pada masa datang.
Titik Rawan Kecelakaan Blackspot
Awal dari program blackspot adalah mengidentifikasi lokasi blackspot. Untuk memulainya, blackspot dapat berupa persimpangan, potongan blok tengah, atau potongan di jalan. Semua lokasi memiliki sejarah pernah terjadi kecelakaan–beberapa dilaporkan, lainnya tidak dilaporkan.
Daftar lokasi kecelakaan itu digunakan untuk memandu ahli rekayasa keselamatan jalan ke berbagai lokasi yang paling berpotensi memperoleh manfaat dari tindakan pencegahan blackspot.
Langkah Investigasi Kecelakaan (Blackspot)
Ahli rekayasa keselamatan jalan yang menginvestigasi blackspot tidak melihat sebuah kecelakaan tunggal, tetapi melihat pola tabrakan di lokasi blackspot. Untuk menemukan pola itu dan menyusun tindakan pencegahan yang hemat sehingga dapat didanai, ahli rekayasa keselamatan jalan harus bekerja cermat dalam proses yang sederhana langkah demi langkah.
Tindakan pencegahan yang biayanya murah, manfaatnya banyak, harus ditegaskan. Siapa pun dapat mengembangkan tindakan pencegahan terpadu yang mahal, atau yang manfaat keselamatannya dipertanyakan.
Contohnya ada sebuah simpang empat di jalan antar kota yang memiliki sejarah terjadi kecelakaan sudut kanan yang melibatkan banyak bus dan sepeda motor pada siang hari. Seorang ahli rekayasa keselamatan jalan yang tidak berpengalaman mungkin akan merekomendasikan agar di lokasi itu dipasang penerangan jalan, ditambah sebuah tempat penyeberangan dan sebuah rambu peringatan perempatan.
Dari perbaikan terpadu itu, penerangan jalan hanya akan memberikan efek pada malam hari, dan tempat penyeberangan tidak akan bermanfaat bagi tabrakan di sudut kanan. Hanya rambu peringatan yang mungkin berdampak positif–dan seterusnya hanya sebuah dampak kecil karena pengurangan risiko dari rambu peringatan sangat minimal.
b. Mengumpulkan semua data tabrakan untuk lokasi itu
c. Diagnosis masalah kecelakaan
d. Menggambar diagram tabrakan
e. Menyiapkan sebuah matriks faktor kecelakaan
f. Menginspeksi lokasi
g. Menyusun kebijakan pencegahan
h. Menyusun desain, memperkirakan biaya tindakan pencegahan
i. Mengkalkulasi manfaat dan biaya
j. Mendokumentasi temuan
k. Memberikan peringkat semualokasi, mengembangkan program kerja, melaksanakan dan mengevaluasi
a. Menyelidiki semua lokasi blackspot yang ada dalam daftar
Memeriksa kembali bahwa tidak ada duplikasi lokasi (lokasi yang sama namun berbeda nama jalan), dan tidak ada blackspot yang “tampak jelas sekali” terlewatkan. Selanjutnya, mulai dari lokasi dengan skorter tinggi, kemudian turun kedaftar di bawahnya–satu persatu–menyelidiki setiap lokasi secara terperinci.
Rekayasa Keselamatan Jalan Black Spot 01 |
b. Mengumpulkan semua data tabrakan untuk lokasi itu
Mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang lokasi pertama dalam daftar. Caranya, pertama berbicara dengan Polantas setempat untuk meminta data kecelakaan setidaknya selama 3 tahun terakhir (jika mungkin lebih lama). Polantas berperan penting dalam mencatat informasi tentang kecelakaan.
Mereka merupakan mitra penting ahli rekayasa keselamatan jalan karena tanpa data kecelakaan yang detail, sulit untuk merencanakan tindakan pencegahan hemat biaya, di lokasi blackspot.
Oleh karena beberapa blackspot tidak memiliki data kecelakaan yang cukup di Polisi (atau di beberapa kasus mungkin ada yang tidak tercatat), selanjutnya ahli rekayasa keselamatan jalan harus berbicara dengan penduduk setempat yang tinggal atau bekerja di sekitar blackspot agar dapat mengembangkan gambaran mengenai pola tabrakan di lokasi itu.
Penduduk setempat sering kali tahu banyak perihal kecelakaan di lokasi itu meskipun mereka sering melebih-lebihkan (atau melupakan) beberapa detail. Bagaimanapun, mereka sering kali dapat memberikan sebuah ide bagus mengenai kemungkinan tabrakan terjadi pada pagi hari, siang hari, sore hari, atau malam hari.
c. Diagnosis masalah kecelakaan
Mengambil semua data kecelakaan dan mulai mengubahnya menjadi informasi yang jelas. Di sinilah ahli rekayasa keselamatan jalan danrekan tim investigasi blackspot perlu menjadi “dokter” untuk memanfaatkan serangkaian peralatan yang tersedia dan untuk menyelidiki pola tabrakan di lokasi blackspot.
Seorang ahli rekayasa keselamatan jalan melakukan tindakan yang sama terhadap lokasi yang “sakit” (blackspot) dalam jaringan jalan. Pertama, ahli rekayasa keselamatan jalan harus menemukan masalahnya. Ini merupakan tantangan karena berlainan dengan pasien manusia, blackspot tidak dapat bicara.
Namun, dengan memeriksa lokasi, dengan mempelajari data kecelakaan, dan dengan memeriksa kondisi lokasi, seorang ahli rekayasa keselamatan jalan dapat membuat sebuah keputusan yang jelas mengenai sumber masalah kecelakaan. Artinya, menilai peran yang dimainkan lingkungan jalan dalam pola tabrakan di lokasi blackspot.
d. Menggambar diagram tabrakan
Sebuah diagram tabrakan merupakan sketsa titik rawan-rawan kecelakaan yang memperlihatkan arah pergerakan kendaraan atau pejalan kaki pada saat tabrakan. Diagram tabrakan digunakan untuk mencari pola tabrakan.
Di dalam diagram tabrakan di halaman sebelumnya, ada pola yang jelas dari tabrakan di sudut kanan, kelompok terbesar terjadi di pojok tenggara persimpangan.
e. Menyiapkan sebuah matriks faktor kecelakaan
Matriks faktor kecelakaan adalah tabel yang merangkum fakta setiap tabrakan. Setiap kolom di dalam matriks (di atas) menampilkan satu kecelakaan. Baris menampilkan berbagai faktor seperti waktu dalam sehari, hari dalam seminggu, cuaca, jenis kendaraan, jenis kecelakaan. Isi matriks dibatasi oleh jumlah data kecelakaan yang tersedia.
Matriks faktor kecelakaan dapat disiapkan dalam komputer dengan menggunakan perangkat lunak semacam Microsoft Excel. Setelah matriks siap, kisinya dapat dimanipulasi untuk menyusun pola lain, seperti tabrakan di jalan licin pada malam hari, atau pengendara sepeda motor bertubrukan dengan bus pada siang hari, yang perlu penyelidikan khusus.
f. Menginspeksi lokasi
Berbekal informasi yang diperoleh dari diagram tabrakan dan matriks faktor kecelakaan, tim penyelidik kemudian mengunjungi lokasi dan memeriksanya saat kecelakaan telah terjadi. Jika pola utama kecelakaan merupakan pola malam hari, sebaiknya lokasi itu diperiksa pada malam hari. Jika masalah kecelakaan merupakan masalah akhir pekan, periksa lokasi pada akhir pekan.
Ahli rekayasa keselamatan jalan mungkin memang tidak menyaksikan kecelakaan. Namun, dapat melihat jenis kendaraan, pengguna jalan, dan kecepatan lalu lintas.
g. Menyusun kebijakan pencegahan
Jika memungkinkan, ahli rekayasa keselamatan jalan perlu memahami pola tabrakan yang dominan, menggunakan tindakan pencegahan termurah yang efektif. Di sinilah keahlian seorang ahli rekayasa keselamatan jalan paling sering digunakan. Pertimbangan, pemikiran yang logis dan jelas, merupakan keahlian penting yang harus diterapkan saat ini. Usahakan untuk menghindari tindakan penanganan yang mahal dan rumit
h. Menyusun desain, memperkirakan biaya tindakan pencegahan
Berdasarkan paket tindakan penanganan yang dikembangkan oleh tim rekayasa keselamatan jalan, susun draf usulan tindakan pencegahan. Pastikan bahwa desain itu tidak menyimpang dari paket tindakan pencegahan yang dimaksudkan,yang telah disusun oleh tim investigasi blackspot.
i. Mengkalkulasi manfaat dan biaya
Saat desain sudah lengkap, hitung biaya tindakan penanganan yang diusulkan.
Untuk menghitung manfaat yang diharapkan dari tindakan penanganan tersebut, harus diketahui biaya kecelakaan yang memakan korban dan juga persentase kemungkinan pengurangan kecelakaaan.
Untuk memperoleh persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan akibat tindakan pencegahan, dibutuhkan Tabel Faktor Reduksi Kecelakaan. abel Faktor Reduksi Kecelakaan memungkinkan ahli rekayasa keselamatan jalan untuk mengestimasi persentase kemungkinan pengurangan kecelakaan.
Setelah mengetahui biaya kecelakaan, kalikan kemungkinan reduksi tabrakan dengan biaya kecelakaan dan, dengan cara demikian, diperoleh kemungkinan manfaat (Rp B) dari tindakan penanganan. Bagi manfaat (Rp B) dengan biaya (Rp C)menghasilkan Benefit-Cost Ratio (BCR). Titik rawan kecelakaan yang memiliki BCR paling tinggi adalah yang pertama kali harus didanai–dengan menggunakan anggaran untuk mengurangi kecelakaan di lokasi blackspot tersebut, akan memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.
j. Mendokumentasi temuan
menulis laporan investigasi blackspot. Tambahkan foto, semua peralatan diagnosis, dan desain konsep.
Bersikaplah hati-hati dalam menyajikan BCR–yakinkan bahwa manfaat yang dinyatakan sesuai dengan tabel yang disetujui, dan biaya dari pekerjaan yang diusulkan masuk akal.
k. Memberikan peringkat semualokasi, mengembangkan program kerja, melaksanakan dan mengevaluasi
Mendanai lokasi yang berada di peringkat paling atas harus dilakukan pertama, dan selanjutnya berturut-turut ke peringkat di bawahnya hingga seluruh dana terpakai.
Lokasi tersebut menjadi bagian dari program kerja. Desain final yang terperinci bagi setiap lokasi disiapkan dan diaudit dengan berkeselamatan.
Memantau penampilan lokasi baru langsung setelah lokasi itu beroperasi, dan selama dirasakan perlu. Tindakan ini mungkin berlangsung selama beberapa bulan di beberapa lokasi.
Evaluasi perbaikannya, setelah itu, dianjurkan untuk mengikuti dari dekat maksimal selama 3 tahun sebagai bagian dari evaluasi program. Informasi dari evaluasi semacam itu akan membantu Indonesia dalam membangun, dan kemudian menyusun tabel faktor reduksi kecelakaan sendiri.
Contoh Laporan Blackspot
Studi Kasus : Blackspot tikungan tajam pada By-Pass
1.Lokasi
By-Pass merupakan bagian dari sebuah jalan nasional. Jalan ini terdiri dari dua lajur jalan dua arah, dengan sejumlah tikungan horizontal dan beberapa bukit landai. Jalan itu berada di daerah semi pedesaan namun banyak perkantoran dan perumahan mulai dibangun di sepanjang jalan. Jalan ini banyak dilalui truk, dan aspalnya dalam kondisi buruk. Ada tonjolan besar dari perkerasan kebahu jalan. Banyak truk dengan muatan berlebih melintas dengan kecepatan sangat lambat di bagian jalan yang jelek. Kecepatan yang diperbolehkan untuk kendaraan kecil 50-60 km/jam apabila kondisi lalu lintas memungkinkan, sementara truk melintas dengan kecepatan 30-40km/jam.
Ada satu tikungan yang memiliki sejarah tabrakan. Radiusnya sekitar 50 m dan visibilitasnya sangat buruk karena banyak pohon. Tikungan itu memiliki superelevasi yang sangat tinggi (ditaksir 14%). Beberapa truk yang bermuatan sangat berat dan berjalan lamban telah terguling ditikungan ini.
2. Masalah Kecelakaan
b. Tabrakan depan-depan antara truk/bus dengan kendaraan kecil (khususnya sepeda motor)
c. Masalah lebih kecil yang melibatkan tabrakan keluar jalan
3. Tindakan Pencegahan Yang Direkomendasikan–dalam urutan prioritas.
a. Buka garis pandang dibagian dalam tikungan dengan memotong pendek pepohonan.
b. Perbaiki drainase dibagian dalam tikungan dengan membersihkan saluran dan/atau membuat saluran baru bila perlu.
c. Pasang sebuah rangkaian rambu peringatan pengarah tikungan (CAM) dilingkar luar tikungan–untuk dihadapkan ke pengemudi/pengendara dari kedua arah
d. Pasang sebuah lampu jalan baru ditikungan.
e. Tempatkan rambu peringatan tikungan 50 m dari titik tangen sebelum dan sesudah kelokan ini.
f. Bangun bahu jalan yang tidak diaspal dilingkar luar tikungan.
g. Pasang sebuah garis tengah yang penuh (solid) sepanjang tikungan dan sedikitnya 50 m sebelum dan sesudahnya untuk menegaskan pusat jalan dan untuk mencegah mobil mendahului di lokasi ini.
h. Tempatkan rambu batas kecepatan sepanjang Ring Road (mungkin 60km/jam tetapi harus dengan persetujuan Polantas). Pastikan pengemudi/pengendara memperoleh pesan yang jelas mengenai kecepatan maksimal yang diperbolehkan.
i. Bangun kembali tikungan ini untuk memberikan superelevasi yang benar dirangkai dengan bahu jalan yang diaspal dengan lebar sedikitnya 1,5 m.
j. Bila tikungan sudah dibangun kembali, pastikan bahwa marka garis tepi dan sebuah garis tengah dibuat untuk memandu pengemudi.
4. Poto Dokumentasi
Memberikan bukti otentik berupa poto dibeberapa titik lokasi rawan kecelakaan. Poto dokumentasi harus jelas dan terang agar mudah dipahami. Untuk mendapatkan histori penanganan diperlukan poto 0%, 50% dan 100% atau sebelum dan sesudah penanganan.
Kesimpulan
Rekayasa keselamatan jalan dilakukan pada daerah atau lokasi yang sering atau rawan terjadi kecelakaan (blackspot). Tindakan pencegahan yang biayanya murah, manfaatnya banyak, harus ditegaskan. Terdapat 11 langkah yang diambil dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan.
Post a Comment for "Rekayasa Keselamatan Jalan Black Spot"