Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan Jalan

Panduan-Teknis-1-Rekayasa-Keselamatan-Jalan
Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan Jalan

 PANDUAN TEKNIS 1 REKAYASA KESELAMATAN JALAN 
 Bahasa : Indonesia
 Halaman : 137 Halaman
 Format : Pdf
 Sumber : -
 Sifat : GRATIS
Download

ISI EBOOK


Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas - APILL (Traffic Control Signal) adalah  perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.  

Audit Keselamatan Jalan (Road Safety Audit) adalah suatu pemeriksaan formal jalan atau proyek lalu lintas oleh tim ahli independen yang melaporkan potensi kecelakaan dan kinerja keselamatan suatu ruas jalan (Austroads, 2009).

Bundaran (Roundabout) adalah persimpangan tempat kendaraan berjalan searah mengelilingi pulau lalu lintas.

Hazard Sisi Jalan adalah  semua objek tetap yang terdapat di sisi jalan di dalam daerah bebas yang dapat memperbesar tingkat keparahan kecelakaan.

Kecepatan Rencana (Design Speed) adalah kecepatan maksimum kendaraan yang aman yang dapat dipertahankan sepanjang bagian jalan tertentu bila kondisi sedemikian baik sehingga ketentuan desain jalan merupakan faktor yang menentukan.

Median Jalan (Median) adalah bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan.

Daftar Isi
BAGIAN A - Pengantar Rekayasa Keselamatan Jalan 
1.1 Latar Belakang 
1.2 Kematian dan Cedera di Jalan 
1.3 Potret Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia 
1.4 Kerugian Ekonomi Akibat Kecelakaan Lalu Lintas 
1.5  Manusia, Kendaraan dan Jalan Sebagai Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Peran Ahli Teknik dalam Mengurangi Angka Kecelakaan
1.6 Peran Ahli Teknik dalam Mengurangi Angka Kecelakaan

BAGIAN B - Pengetahuan Teknis bagi Ahli Rekayasa Keselamatan Jalan 
2.1 Keselamatan di Persimpangan 
2.2 Manajemen Hazard Sisi Jalan 
2.3 Rambu, Marka Garis, dan Delineator 
2.4 Keselamatan dalam Desain Geometris 

BAGIAN  C - Pemakai Jalan yang Rentan 
3.1 Keselamatan Pejalan Kaki 
3.2 Tabrakan Pejalan Kaki 
3.3 Tindakan Untuk Meningkatkan Keselamatan Pejalan Kaki
3.4 Pejalan Kaki Berisiko Tinggi 
3.5 Tiga Strategi Menjamin Keselamatan Pejalan Kaki 
3.6 Pengendara Sepeda Motor 
3.7 Pesepeda dan lain-lain 

BAGIAN D - Proses Rekayasa Keselamatan Jalan 
4.1 Titik Rawan Kecelakaan Laporan Blackspot 
4.2Audit Keselamatan Jalan Laporan Audit Keselamatan Jalan 

Karakteristik korban kecelakaan lalu lintas di dunia :
- Lebih dari setengah jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas di dunia melibatkan orang dewasa muda berusia antara 15 dan 44 tahun.
- 73% dari seluruh kematian akibat kecelakaan lalu lintas di dunia adalah laki-laki. (Di Indonesia angka ini lebih tinggi – mencapai 90%).
- Pemakai jalan yang rentan (pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor) memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang lebih besar di negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan di negara berpenghasilan tinggi.

Kerugian Ekonomi Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Secara ekonomis tabrakan  di jalan sangat merugikan, menghambat pembangunan ekonomi, dan dapat menghancurkan kesejahteraan keluarga bila salah seorang anggota keluarga (khususnya pencari nafkah) tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 63% dari keluarga korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, mengalami penurunan tingkat perekonomian.

Manusia, Kendaraan dan Jalan sebagai faktor penyebab Kecelakaan lalu lintas
pada umumnya suatu kejadian kecelakaan melibatkan interaksi yang rumit di antara  ketiga komponen tersebut :
- Interaksi antara kendaraan dan jalan adalah isu dalam desain geometrik jalan. Hal ini menjadi pertimbangan utama para perancang jalan.
- Interaksi antara  pengguna jalan dan kendaraan merupakan hubungan (interface) manusia dengan mesin. Hal ini menjadi pertimbangan utama industri kendaraan bermotor.
- Interaksi antara pengguna jalan dan jalan merupakan isu di bidang faktor manusia. Hal ini masih belum banyak dibahas dalam pedoman-pedoman teknis. Ahli teknik jalan sering kali mengabaikan fakta bahwa mereka membuat jalan yang akan digunakan oleh manusia.

5 pilar yang mencerminkan pemikiran “sistem berkeselamatan”:
Pilar 1 – Manajemen keselamatan jalan
Pilar 2 – Jalan yang berkeselamatan
Pilar 3 – Kendaraan yang berkeselamatan
Pilar 4 – Pemakai jalan yang berkeselamatan
Pilar 5 – Tanggap darurat pasca tabrakan

Tips Keselamatan untuk Ahli Rekayasa Keselamatan Jalan Rambu Dan Marka Jalan
Harus Mencolok 
Rambu harus kelihatan. Rambu peringatan ini tidak ditempatkan dengan baik karena bercampur dengan pasar di sisi jalan. Pengemudi atau pengendara tidak akan melihat rambu peringatan ini.

Harus Mudah Dibaca 
Rambu harus jelas dan mudah dibaca. Rambu petunjuk ini ada di persimpangan, namun siapa yang dapat membacanya? Rambu petunjuk diperuntukkan orang yang perlu bantuan mencari jalan;  rambu ini tidak membantu sama sekali

Harus Terpahami
Rambu harus mudah dimengerti. Rambu atas cukup terpahami, namun rambu bawah sulit dimengerti. Ingat bahwa pengemudi atau pengendara hanya punya waktu 2 detik untuk melihat, mengerti, dan mengambil tindakan sesuai dengan rambu kita.

Harus Tepercaya
Pesan yang disampaikan oleh rambu harus dipercaya oleh pengemudi. Pengemudi tidak akan mengacuhkan rambu yang tidak tepercaya. Rambu peringatan “Penyeberangan Pejalan Kaki di Depan” ini terpercaya karena memang ada penyeberangan di depan. Maka, rambu ini akan menambah kepatuhan pengemudi atau pengendara pada semua rambu.

Harus Konsisten
Setiap rambu untuk sebuah situasi harus sama dan terletak di posisi yang sama dengan rambu(-rambu) lain untuk situasi itu. Rambu petunjuk arah penting untuk membantu pengemudi mencari jalan ke tujuan mereka. Rambu ini sudah pasti tidak jelas dan ini lokasi yang aneh untuk rambu petunjuk arah.

Harus Benar 
Rambu yang kita pasang harus benar. Kelompok rambu ini memiliki dua rambu perintah, namun rambu penyeberangan pejalan kaki tidak diberi marka jalan di dekatnya. Ini bukan rambu yang benar. Rambu peringatan simbol “Pejalan Kaki” malah memadai.

Marka Garis 
Adalah cara murah  untuk mengarahkan pengemudi atau pengendara di sepanjang jalur yang benar. Marka garis adalah bagian penting dari rekayasa keselamatan jalan yang baik. Bagian Indonesia yang berbukit ini sering mengalami cuaca berkabut. Garis tepi akan membantu pengemudi atau pengendara di lokasi ini.

Panah Lajur 
Membantu pengemudi atau pengendara memilih lajur yang benar untuk mendekati persimpangan. Panah lajur adalah perintah pengemudi atau pengendara wajib mematuhinya. Panah memutar di foto ini secara hukum menuntut pengemudi atau pengendara untuk berputar di bukaan median. Panah ini digunakan sebagai saran, namun di sini menyebabkan masalah hukum. Kebanyakan pengemudi atau pengendara tidak mengacuhkannya dan ini membuat semua panah perkerasan tidak dipatuhi. Marka

Beberapa kesalahan perambuan umum
- Kurang rambu peringatan untuk sekolah, rumah ibadah, kampung dan berbagai tempat lain di mana banyak pejalan kaki berkumpul.

- Kurang rambu kecepatan untuk memperjelas pada pengemudi/pengendara berapa kecepatan maksimum.

- Penggunaan yang salah dari beberapa rambu peringatan yang sama. “Jalan Menyempit ke Kiri” dan “Lajur Kiri Habis” sering digunakan dengan salah. Penggunaan rambu “Pejalan Kaki” dan “Penyeberangan Pejalan Kaki di Depan” juga sering salah.

- Rambu dipasang di antara pohon – atau membiarkan pohon ditanam setelah rambu dipasang dengan baik.

- Menggunakan rambu peringatan untuk fungsi perintah.

- Tidak mengganti rambu ketika rusak, pudar atau sudah tidak reflektif.
- Penggunaan rambu “Hati-Hati” berlebihan.

- Penggunaan rambu peringatan “Jembatan” berlebihan – sering terjadi di jembatan yang justru lebih lebar dari jalan!

Post a Comment for "Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan Jalan"