Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perencanaan Galian Lereng Untuk Pekerjaan Jalan

Perencanaan Galian Lereng Untuk Pekerjaan Jalan

 Kode : -
 Bahasa : Indonesia
 Halaman : 33 Halaman
 Format : Pdf
 Sumber : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan
 Sifat : GRATIS
 Download 

CUPLIKAN ISI EBOOK


ISI PAPARAN
1. Pendahuluan
2. Ketentuan-ketentuan Perencanaan Lereng Galian dengan Metode Empirik
3. Pemetaan
4. Kondisi Geologi
5. Alur Perancanganan Pekerjaan Geoteknik
6. Penyelidikan Lapangan
7. Metode Transport Research Board (TRB, 1973)
8. Metode Japan Public Work Research Institute (Japan PWRI, 2004)
9. Tipikal Potongan Melintang Lereng Galian

PENDAHULUAN
Tanah bawah permukaan sangat kompleks dan mempunyai sifat-sifat yang tidak seragam dan lereng galian cenderung secara bertahap menjadi tidak stabil setelah pekerjaan galian selesai (Japan PWRI, 2004.)

Hong Kong Geotechnical Engineering Office (GEO, 2000) :
- Penyelidikan tanah hanya dapat memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng; oleh karena itu, pada situasi tertentu pendekatan analitis tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan
- Terdapat beberapa lereng galian yang tetap stabil selama beberapa tahun walaupun hasil analisis stabilitas secara analitis mengindikasikan nilai faktor keamanannya kurang dari satu (FK < 1)
- Pada beberapa kondisi tanah dan batuan, pertimbangan teknis yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kondisi lapangan (pendekatan empiris) diakui lebih penting dibandingkan dengan hasil dari analisis numerik (pendekatan analitis)

Wesley (2010):
Secara sederhana, proses perencanaan terdiri dari langkah-langkah:
- Mengumpulkan informasi dasar mengenai kondisi tanah, yaitu kondisi geologi di lokasi pekerjaan dan stratifikasi tanah;
- Melakukan pengujian-pengujian yang sesuai, di lapangan atau di laboratorium, untuk menentukan sifat-sifat tanah, terutama parameter-parameter yang diperlukan dalam analisis
- Melakukan analisis dengan menggunakan parameter-parameter yang berhubungan sesuai dengan model teoritis yang akurat.

Terdapat kecenderungan berpikir bahwa langkah-langkah tersebut merupakan langkah-langkah perencanaan yang menyeluruh (lengkap), bahkan ada yang berpendapat bahwa analisis (yaitu perhitungan-perhitungan) adalah merupakan perencanaan (desain).

Pandangan terhadap desain ini menurunkan, atau bahkan meninggalkan aspek non analisis pada perencanaan geoteknik, yaitu Pengamatan, contoh kasus (preseden), pengalaman, dan pertimbangan teknis.

Aspek ini merupakan komponen penting bagi keseluruhan perencanaan geoteknik, terutama pada saat menentukan stabilitas lereng alam, dimana komponen aspek analisis mungkin tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan hasil pengamatan secara visual terhadap lereng dan kajian terhadap kondisi geologi.

Ketentuan-Ketentuan Perencanaan Lereng Galian Dengan Metode Empirik
a. Tidak boleh dianggap dapat dengan tepat mengatasi seluruh situasi yang dihadapi di lapangan

b. Diusulkan digunakan sebagai panduan bersama-sama dengan pertimbangan teknis dan analisis

c. Harus digunakan bersama-sama dengan pengalaman setempat untuk mendapatkan kemiringan lereng yang masuk akal

d. Langkah awal yang harus dilakukan agar dapat menggunakan metode ini secara efektif:
- Melakukan kajian terhadap data tanah, kondisi geologi, kondisi geohidrologi, kondisi hidrologi, kondisi morfologi, dan iklim yang berkaitan dengan lokasi yang ditinjau.

- Melakukan kajian kondisi dan kinerja lereng alam atau lereng galian eksisting di sekitar lokasi pekerjaan yang mempunyai material penyusun lereng yang sejenis

- Data tersebut seringkali dapat dengan sangat spesifik mengidentifikasi, menggambarkan, dan mengkarakterisasi bermacam-macam jenis dan sifat-sifat material, serta kondisi dan kinerja lereng di lokasi yang ditinjau.

- Peta (geologi, geohidrologi, hidrologi, iklim) sering dapat memberikan indikasi umum atau spesifik kawasan yang bermasalah atau yang tidak bermasalah.

- Informasi ini akan sangat membantu dalam mengidentifikasi dan menggambarkan bermacam-macam tanah, kondisi geologi, dan kondisi batuan dasar dengan lebih detail di lapangan.

e. Pengkarakterisasian keseluruhan penampang melintang galian harus dilatih

f. Contoh material pada permukaan lereng pada umumnya tidak mewakili material penyusun lereng.

g. Sebagai tambahan, kedalaman muka air, lokasi rembesan dan mata air, kemungkinan adanya genangan (kolam) air di muka atau di puncak lereng harus dicatat karena air merupakan faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan lereng.

h. Kajian juga harus dilakukan untuk mengetahui perubahan musiman air tanah dan pola air permukaan.

PEMETAAN
Pengukuran topografi meliputi:
1) Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal (koordinat & elevasi)
2) Pengukuran penampang memanjang dan melintang
3) Perhitungan dan Penggambaran Daerah yang diukur
4) Pengukuran topografi dilakukan dengan alat Total station atau sejenis. Gambar ukur yang berupa peta detail/ peta situasi memuat semua yang ada, misalkan ; bangunan–bangunan, gorong – gorong, tiang listrik, dan sebagainya. 
Skala peta 1:100 dengan interval 0.50 meter.

HIDROGEOLOLOGI
a. Pengumpulan dan pengujian data yang di dapat untuk digunakan dalam analisis persoalan drainase, misalnya ; gejala arah dan kecepatan aliran, jenis sifat erosi maupun pengendapan, daerah pengaruh dan lain-lain.

b. Daerah aliran (catchment area dari setiap gejala aliran air harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi/ geologi maupun penyelidikan langsung di lapangan) disamping itu diamati juga kecepatan dan debit aliran air disekitar daerah kajian.

c. Pengumpulan data geohidrologi meliputi pengukuran muka air banjir, profil sungai, pola dan arah aliran sungai guna perencanaan desain drainase dan identifikasi elevasi muka air tanah

Ketidakpastian perencanaan
1. Penyelidikan lapangan tidak akurat
Kondisi peralatan uji yang tidak baik
Gangguan saat pengambilan contoh tanah
SDM yang tidak terlatih

2. Uji laboratorium yang tidak akurat
Alat uji tidak terkalibrasi
SDM yang tidak terlatih

3. Penentuan parameter desain tanah
Data contoh tanah tidak terganggu terbatas
Korelasi empiris yang tidak sesuai dengan kondisi spesifik di lapangan

4. Analisis menggunakan software
Model konstitutif tanah tidak sesuai peruntukan
Keterbatasan model 2 dimensi terhadap kasus lapangan yang merupakan kasus 3 dimensi
Interaksi tanah-struktur

Post a Comment for "Perencanaan Galian Lereng Untuk Pekerjaan Jalan"