Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG

SNI-03-2847-2002-Tata-Cara-Perhitungan-Struktur-Beton-Untuk-Bangunan-Gedung

TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG 

 Kode : SNI 03-2847-2002
 Bahasa : Indonesia
 Halaman : 292 Halaman
 Format : Pdf
 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum  
 Sifat : GRATIS
 Download 

CUPLIKAN ISI EBOOK

Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung atau stuktur bangunan lain yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur bangunan gedung. 

Acuan normatif 
SK SNI S-05-1989-F, Standar  spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja).
SNI 03 2492 1991, Metode pengambilan benda uji beton inti  
SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung. SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung. 
SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton. 
SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar. SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur. 
SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium. SNI 03-2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton. 
SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. 
SNI 03-3403-1991-03, Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran. 
SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti. 
SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai. 
SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan. 
SNI 07-0052-1987, Baja kanal bertepi bulat canai panas, mutu dan cara uji. 
SNI 07-0068-1987, Pipa baja karbon untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji. 
SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum. 
SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum. 
SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan. 
SNI 15-2049-1994, Semen portland. 
ANSI/AWS D1.4, Tata cara pengelasan – Baja tulangan. 
ASTM A 184M, Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk tulangan beton bertulang. 
ASTM A 185, Standar spesifikasi untuk serat baja polos untuk beton bertulang. 
ASTM A 242M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah  mutu tinggi. ASTM A 36M-94, Standar spesifikasi untuk baja karbon stuktural. 
ASTM A 416M, Standar spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa lapisan untuk beton prategang.  
ASTM A 421, Standar spesifikasi untuk kawat baja penulangan - Tegangan tanpa pelapis untuk beton prategang. 
ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang. 
ASTM A 497-94a, Standar spesifikasi untuk jaring kawat las ulir untuk beton bertulang. 
ASTM A 500, Standar spesifikasi untuk las bentukan dingin dan konstruksi pipa baja karbon tanpa sambungan. 
ASTM A 501-93, Standar spesifikasi untuk las canai-panas dan dan pipa baja karbon struktural tanpa sambungan. 
ASTM A 53, Standar spesifikasi untuk pipa, baja, hitam dan pencelupan panas, zinc pelapis las dan tanpa sambungan. 
ASTM A 572M, Standar spesifikasi untuk baja struktural mutu tinggi campuran columbium-vanadium.  
ASTM A 588M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah mutu tinggi dengan kuat  leleh minimum 345 MPa pada ketebalan 100 mm. 
ASTM A 615M, Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk beton bertulang  
ASTM A 616M-96a, Standar spesifikasi untuk rel baja ulir dan polos untuk, bertulang termasuk  keperluan tambahan  S1. 
ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk beton bertulang. 
ASTM A 645M-96a, Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir and polos - Tulangan baja untuk beton bertulang. 

Istilah dan definisi 
adukan adalah campuran antara agregat halus dan  semen portland atau jenis semen hidraulik yang lain dan air 

agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik 

dinding geser adalah komponen struktur yang berfungsi untuk meningkatkan kekakuan struktur dan menahan gaya-gaya lateral 

gaya jacking adalah gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon dalam beton prategang 

kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan 

kolom pedestal adalah komponen struktur tekan tegak yang mempunyai rasio tinggi bebas terhadap dimensi lateral terkecil rata-rata kurang dari 3 

komponen struktur lentur beton komposit adalah komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang dicor di tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan 
 
kuat nominal adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai 

pasca tarik adalah cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimana tendon ditarik sesudah beton mengeras 

Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus dipenuhi syarat-syarat berikut:
1) Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.

2) Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran.

3) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis.

4) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.

5) Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:
(a) Struktur yang dihasilkan harus dapat dibuktikan cukup aman dengan bantuan perhitungan dan/atau percobaan.

(b) Tanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan.

(c) Perhitungan dan/atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan yang berwenang, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu,  panitia dapat meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan tata cara ini.

Pengujian bahan
1) Pengawas lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian  pada setiap bahan yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk menentukan apakah bahan tersebut mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan.
2) Pengujian bahan dan pengujian beton harus dibuat sesuai dengan tata cara-tata cara yang terdapat pada pasal 2.
3) Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus tersedia untuk pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun setelah selesainya pembangunan.

Semen
Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
(1) SNI 15-2049-1994, Semen portland.
(2) “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
(3) "Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).

Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai  dengan  semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran.  Lihat 7.2.

Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
(1) “Spesifikasi agregat untuk beton” (ASTM C 33).
(2) SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
(1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
(2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
(3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

Air
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.  Lihat 6.4(1).

3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
(a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

(b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. 

Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur,  yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).

Baja tulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa baja, atau tabung baja dapat digunakan sesuai dengan persyaratan pada tata cara ini.

2) Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “Persyaratan pengelasan struktural baja tulangan” ANSI/AWS D1.4 dari American Welding Society.  Jenis dan lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan pengelasan lainnya harus ditunjukkan pada gambar rencana atau spesifikasi.

3) Baja tulangan ulir (BJTD)
Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
a) “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 615M).

b) “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 617M).

c) “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A 706M).

Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa boleh digunakan, selama fy adalah nilai tegangan pada regangan 0,35 %.

Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk tulangan beton bertulang” (ASTM A 184M). Baja tulangan yang digunakan dalam anyaman harus memenuhi salah satu persyaratan- persyaratan yang terdapat dalam 5.5(3(1)).

Kawat ulir untuk penulangan beton harus memenuhi “ Spesifikasi untuk kawat baja ulir untuk tulangan beton ”(ASTM A 496), kecuali bahwa kawat tidak boleh lebih kecil dari ukuran D4 dan untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35% bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa.

Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi  untuk jaring kawat baja polos untuk penulangan beton” (ASTM A 185), kecuali bahwa untuk tulangan dengan spesifikasi kuat leleh melebihi 400 MPa, maka fy diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang sesuai dengan 14.13(2).

Jaring kawat ulir las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi jaring kawat las ulir untuk penulangan beton” (ASTM A 497M), kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui  400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang sesuai dengan 14.13(2).

Baja tulangan yang digalvanis harus memenuhi “Spesifikasi baja tulangan berlapis seng (galvanis) untuk penulangan beton" (ASTM A 767M). Baja tulangan berlapis epoksi harus memenuhi persyaratan ”Spesifikasi untuk tulangan dengan pelapis epoksi " (ASTM A 775M) atau dengan “Spesifikasi untuk lapisan epoksi pada baja tulangan yang diprefabrikasi”,(ASTM A 934M).   Tulangan berlapis epoksi atau galvanis harus memenuhi salah satu dari spesifikasi yang terdapat pada 5.5(3(1)).

Baja tulangan yang digalvanis harus memenuhi “Spesifikasi baja tulangan berlapis seng (galvanis) untuk penulangan beton" (ASTM A 767M). Baja tulangan berlapis epoksi harus memenuhi persyaratan ”Spesifikasi untuk tulangan dengan pelapis epoksi " (ASTM A 775M) atau dengan “Spesifikasi untuk lapisan epoksi pada baja tulangan yang diprefabrikasi”,(ASTM A 934M).   Tulangan berlapis epoksi atau galvanis harus memenuhi salah satu dari spesifikasi yang terdapat pada 5.5(3(1)).

Kawat dan jaring kawat las yang dilapisi epoksi harus memenuhi “Spesifikasi untuk kawat baja dan jaring kawat las berlapis epoksi untuk tulangan” (ASTM A 884M). Kawat yang akan dilapisi  epoksi harus memenuhi ketentuan 5.5(3(4)) dan jaring  kawat las yang akan dilapisi epoksi harus memenuhi ketentuan 5.5(3(5)) atau 5.5(3(6)).

Baja tulangan polos
Tulangan polos untuk tulangan spiral harus memenuhi persyaratan pada 5.5(3(1a)), 5.5(3(1b)), atau 5.5(3(1c)).

Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi "Spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 82), kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy yang melebihi 400 MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa.

Tendon prategang
Tendon untuk tulangan prategang harus memenuhi salah satu dari spesifikasi berikut:
a) Kawat yang memenuhi “Spesifikasi untuk baja stress-relieved tanpa lapisan untuk beton prategang” (ASTM A 421).

b) Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi “Spesifikasi untuk kawat baja stress-relieved tanpa lapisan untuk beton prategang” termasuk suplemen “Kawat dengan relaksasi rendah” (ASTM A 421).

c) Strand yang sesuai dengan “Spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa lapisan untuk beton prategang” (ASTM A 416M).

d) Tulangan, yang sesuai “Spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan untuk beton prategang” (ASTM A 722).

Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup dalam ASTM A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722, diperkenankan untuk digunakan bila tulangan-tulangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari spesifikasi tersebut di atas dan tidak mempunyai sifat yang membuatnya kurang baik dibandingkan dengan sifat-sifat seperti yang terdapat pada ASTM A 421, ASTM A 416, atau ASTM A 722.

Baja profil, pipa, atau tabung baja
Baja profil yang digunakan dengan tulangan beton pada komponen tekan komposit yang memenuhi persyaratan 12.16(7) atau 12.16(8) harus memenuhi salah satu dari spesifikasi berikut:
a) “Spesifikasi untuk baja karbon struktural” (ASTM A 36M).

b) “Spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah  mutu tinggi” (ASTM A 242M).

c) “Spesifikasi untuk baja struktural mutu tinggi campuran columbium-vanadium” (ASTM A 572M).

d) “Spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah  mutu tinggi dengan kuat  leleh minimum 345 MPa pada ketebalan 100 mm” (ASTM A 588M)

Pipa atau tabung baja untuk komponen struktur komposit tekan yang terdiri dari inti beton berselubung baja sesuai persyaratan 12.16(6) harus memenuhi persyaratan berikut:
a) Mutu B dari “Specification for pipe, steel, black and hot dipped, zinc-coated welded and seamless”  (ASTM A 53).

b) “Specification for cold-formed welded and seamless carbon steel structural tubing in rounds and shapes” (ASTM A 500).

c) “Specification for hot-formed welded and seamless carbon steel structural tubing” (ASTM A 501).

Post a Comment for "TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG"