Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

7 MACAM KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BAHAN BANGUNAN

BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI GEDUNG DAN JEMBATAN


BAHAN_BANGUNAN












Kelebihan dan kekurangan bahan material konstruksi 

1.  Pasir
Pasir sebagai bahan utama atau agregat dalam pembuatan komponen bangunan dapat  berupa  pasir  alam  sebagai  hasil  desintegrasi  alami  dari  batu-batuan  atau berupa  pasir  buatan  yang  dihasilkan  dengan  memecah  batu  dan  mempunyai ukuran butir maksimum 5 mm.

Pasir harus memenuhi syarat mutu sebagai berikut :
1)
2)
3)
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%;
Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak; 
Susunan  besar  butiran  mempunyai  modulus  kehalusan  antara  1,5  –  3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Apabila diayak  dengan  susunan  ayakan,  harus  memenuhi  syarat-syarat  sebagai berikut :
a) 
b) 
c) 
Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimum 2 % berat;
Sisa di atas ayakan 1,2  mm, minimum 10 % berat;
Bagian yang lolos ayakan 0,3  mm, minimum 15 % berat.
4)
5)


Terdiri dari butiran tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
Butiran harus bersifat kekal :
a) 
b) 
Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%;
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.
6)


Pasir  laut  tidak  boleh  dipakai  sebagai  agregat  halus  untuk  komponen bangunan,  kecuali  dengan  petunjuk-petunjuk  dari  lembaga  pemeriksaan bahan yang diakui;

2.  Semen Portland (OPC)
Semen  portland  adalah  semen  hidrolis  yang  dihasilkan  dengan  cara  menggiling  terak semen  portland  terutama  yang  terdiri  atas  kalsium  silikat  yang  bersifat  hidrolis  dan digiling  bersama-sama  dengan  bahan  tambahan  berupa  satu  atau  lebih  bentuk  kristal senyawa  kalsium  sulfat  dan  boleh  ditambah  bahan  tambahan  lain. 

Semen  portland diklasifilkasikan dalam 5 jenis, yaitu sebagai berikut :
a.
b.

c.
 
d. 
e. 

Tipe I,  untuk penggunaan umum;
Tipe II,  untuk  penggunaan  yang  memerlukan  ketahanan  sulfat  atau  kalor  hidrasi sedang;
Tipe III, untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tinggi pada tahap awal;
Tipe IV, untuk penggunaan yang memerlukan kalor hidrasi rendah;
Tipe V, untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Selain  semen  Portland  jenis  OPC  saat  ini  juga  telah  diproduksi  jenis  semen  lain  seperti Semen  Portland  Pozolan  (PPC),  Semen  Portland  Komposit  (PCC)  dan  lainnya. 

Semen harus memenuhi syarat seperti Tabel berikut :
No
Jenis Semen
No. SNI
1
Semen Portland/OPC 
SNI. 2049-2015
2
Semen Portland Pozzolan/PPC 
SNI. 0302-2014
3
Semen Portland Komposit/PCC
SNI. 7064-2014
4
Semen Portland Campur/MPC
SNI. 15-3500-2004
5
Semen Masonry/SMC
SNI. 15-3758-2004
6
Semen Portland Putih/WPC
SNI. 15-0129-2004

Semen  harus  disimpan  ditempat  terlindung  dan  diberi  alas  agar  tidak  terpengaruh terhadap  kelembapan.  Semen  yang  sudah  membatu  dan  menggumpal  tidak  boleh digunakan lagi.

3.  Tras (Pozolan alam)
Tras  (pozolan  alam)  adalah  bubukan  batuan  gunung  api  yang  unsur  utamanya  adalah silikat reaktif dan dalam kondisi halus bila dicampur dengan kapur padam ditambah air akan  membentuk  masa  yang  padat,  keras  dan  stabil. 
Secara  umum  tras  memiliki komposisi kimia sebagai berikut : 
a. SiO2 = 41,55 %, 
b. TiO2 = 0,15 %, 
c. Al2O3 = 6,75 %, 
d. Fe2O3 = 4,73 %, 
e. CaO = 25,40 %, 
f.  MgO = 1,12 %,
g. MnO = 0,05 %, 
h. H2O = 20,25 %.

4.  Tanah Liat (Lempung)
Tanah  liat/lempung  adalah  akumulasi  partikel  mineral  yang  ikatan  antar  partikelnya lemah,  yang  terbentuk  karena  pelapukan  dari  batuan.  Pembentukan  tanah  dapat disebabkan oleh pengaruh fisis atau kimiawi. Bahan yang berbutir  <  0,002 mm  disebut lempung.  Pelapukan  dapat  menyebabkan  terjadinya  tanah  primer  (terdapat  ditempat terjadinya  disintegrasi)  dan  tanah  sekunder  (tanah  mengalami  transportasi).  Beberapa klasifikasi tanah/lempung yang digunakan dalam industri bahan bangunan seperti : 
a.

b.

c.
 


d.

Berdasarkan sifat fisiknya :
Lempung marl, lempung merah, lempung loams, batu lempung, dll.
Berdasarkan mineralnya :
Lempung kaolinit, halloysit, illit, montmorilonit, kaolonit-halloysit.
Berdasarkan distribusi butirannya:
Lempung  tersusun  oleh  3  fraksi  bahan  (fraksi  mineral  lempung),  yaitu  fraksi  20-2 mikron, lebih besar dari 20 mikron dan le bih kecil dari 2 mikron.
Berdasarkan  komposisi  kimianya,  tanah  liat  tersusun  dari  oksida-oksida  sebagai berikut: 

SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO2
CaO
MgO
SO3
HP
:
:
:
:
:
:
:
:
50 – 70 %
10 – 35 %
2 – 8   %
0,1 – 2  %
0,5 –15 %
0,2 – 5  %
0  - 0,5  %
3  - 12  %





e.














f.



















Berdasarkan plastisitasnya.
Batas  plastisitas  (PL)  adalah  menunjukkan  jumlah  air  tertentu  yang  ditambahkan dimana  massa  lempung  air  tidak  dapat  mempertahankan  bentuk  setelah  dikenai tekanan.

Batas  cair  (LL),  adalah  dimana  lempung  air  tidak  dapat  mempertahankan plastisitasnya karena  mulai  mengalir  Indek plastisitas (IP), adalah selisih kadar  air antara batas cair dengan batas plastis (dari percobaan atterberg).

IP   = < 10 %, lempung tidak plastis
IP   = 10 – 20 %, lempung agak plastis
IP   = 20 – 30 %, lempung plastis
IP   = > 30 %, lempung sangat plastis.

Berdasarkan kepekaan terhadap Pengeringan (DSe).
Hal ini merupakan faktor yang penting dalam penggunaan tanah liat untuk bahan baku bahan bangunan keramik. Teori didasarkan pada hubungan antara kadar air setelah  dikeringkan  sampai  penyusutan  berhenti.  Setelah  digambarkan,  akan diperoleh  2  (dua)  daerah  yaitu  sebelah  atas  garis  kadar  air  kritis  disebut  daerah bahaya  dan  sebelah  bawah  garis  kadar  air  kritis  disebut  daerah  aman.  Kemudian dihitung nilai kepekaan terhadap pengeringan, yaitu :
Dse  = < 1, tidak peka terhadap pengeringan,
Dse  = 1–2, peka terhadap pengeringan
Dse  = >2, sangat peka terhadap pengeringan

Nilai  Dse  >  2,  biasanya  tidak  disarankan,  karena  akan  menimbulkan  kesulitan- kesulitan pada proses pengeringan.
Selanjutnya bila dilihat dari nilai susut keringnya, adalah sebagi berikut :
< 6 %, tidak peka terhadap pengeringan,
6 – 10 %, peka terhadap pengeringan,
> 10 %, sangat peka terhadap pengeringan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pembakaran :




1)

2)




3)


Pada  temperatur  ±  120°  C  semua  air  pembentuk  yang  ditambahkan  pada waktu dibentuk menjadi bata/genteng menguap. 
Pada temperatur antara 400 oC – 600 oC air yang terikat secara kimia dan zat- zat lain didalam lempung akan menguap. 
Pada  temperatur  650  oC  -  800  oC  terjadi  perubahan-perubahan  kristal  dari lempung  dan  mulai  terbentuk  bahan  gelas  yang  mengisi  pori-pori,  sehingga barang menjadi padat dan kuat. 
Pada  temperatur  920  oC  –  1020  oC  senyawa-senyawa  besi  akan  berubah menjadi senyawa yang lebih stabil dan umumnya memberi warna merah  (dan menjadi hitam)


Lempung mengalami susut kembali dan dinamakan susut bakar, benda coba yang telah dibakar diperiksa sifat-sifatnya sebagai berikut :




1)  Warna setelah dibakar
2)  Bunyi 
3)  Susut bakar 
4)  Peresapan air
5)  Keporian 
6)  Sifat perembesan air

Syarat-syarat lempung untuk pembuatan bata :

1)
2)


3)

4)
5)

6)
7)
8)
9)
10)
11)
Potensi endapan lempung cukup tersedia/berjumlah cukup banyak.
Lempung  cukup  plastis.  Bila  kurang  plastis  maka  diadakan  perbaikan- perbaikan  seperti:  penggilingan  lebih  halus,  perendaman,  penguletan  lebih baik.
Lempung  mempunyai  kekuatan  kering  tinggi  dan  susut  kering  rendah (maksimum 10%)
Lempung tidak mengandung butiran yang lebih besar dari 1,410 mm.
Lempung tidak mengandung butiran-butiran kapur berukuran lebih besar dari 0,5 mm.
Menyingkirkan lapisan tubuh tanah.
Menggali lempung di tempat yang tinggi.
Lempung telah padat pada pembakaran sekitar 900 C – 1000 C.
Mempunyai susut bakar maksimum 2 %.
Warna setelah dibakar sebaiknya merah.
Lebih disukai lempung yang tidak menggunakan garam yang larut dalam air

5.  Air
Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan yang  meliputi  kegunaannya  untuk  pembuatan  dan  perawatan  komponen  bangunan, pemadaman kapur, pembuatan adukan pasangan dan plesteran dan sebagainya. 
Air harus memenuhi persyaratan SNI 03-6861-2001 yang meliput :
a.
b.

c.
d.

e.
Air harus bersih, dengan pH antara 6 – 8.
Tidak mengandung lumpur, minyak dan bahan terapung lainnya yang terlihat secara visual.
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 g/lt.
Tidak mengandung garam seperti Cl- maks. 500 ppm dan SO4 maks. 1.000 ppm.
Kuat  tekan  mortar  dari  air  contoh  minimum  90  %  dari  kuat  tekan  mortar  yang menggunakan air suling.
Semua jenis air yang meragukan harus diperiksa di laboratorium.

6.  Bahan tambahan (Admixtures)
Kadang-kadang  dalam  pembuatan  komponen  bangunan  diperlukan  menggunakan bahan  tambahan  (admixtures)  Bahan  tambahan  dapat  berupa  bahan  kimia  pembantu (chemical  admixtures)  atau  bahan  mineral  (mineral  admixtures)  yang  dicampurkan kedalam  adukan  untuk  memperoleh  sifat-sifat  khusus  dari  komponen  seperti kemudahan  pengerjaan,  waktu  pengikatan,  pengurangan  air  pencampur,  peningkatan keawetan dan sifat lainnya.
Bahan kimia pembantu dapat diklasifikasikan menjadi 7 jenis, yaitu :
Jenis A
Jenis B 
Jenis C 
Jenis D
Jenis E 
Jenis F

Jenis G
:
:
:
:
:
:

:
untuk mengurangi jumlah air yang dipakai,
untuk memperlambat proses pengerasan,
untuk mempercepat proses pengerasan,
gabungan dari jenis A dan B.
gabungan dari jenis A dan C.
untuk mengurangi jumlah air yang dipakai sebesar 12 % atau lebih,.
gabungan dari jenis B dan F.
Pemakaian  bahan  kimia  pembantu  harus  hati-hati  dan  disesuaikan  dengan  kebutuhan yang cocok, agar tidak mengakibatkan kerusakan terhadap komponen.



Untuk mengunduh file ini tinggal klik pada kata UNDUH, Artikel ini bersumber dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Post a Comment for "7 MACAM KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BAHAN BANGUNAN"