TEKNIK REKAYASA KESELAMATAN DI JALAN RAYA
TEKNIK
REKAYASA KESELAMATAN DI JALAN RAYA
Keselamatan di
Persimpangan
Persimpangan didefinisikan sebagai "pertemuan
dua jalan atau lebih yang bersilangan secara sebidang."Persimpangan secara
khusus merupakan lokasi
berisiko tinggi karena pengguna jalan yang berbeda
(truk, bus, mobil, pejalan kaki, dan pengendara sepeda motor) menggunakan ruang
yang sama, dan tabrakan hanya dapat dihindari jika mereka menggunakannya pada
waktu yang berbeda. Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa peningkatan
keselamatan di persimpangan dapat mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas
secara signifikan. Upaya meningkatkan keselamatan di persimpangan harus selalu
diperhatikan. Pada bagian ini akan diberikan beberapa panduan penting untuk
meningkatkan keselamatan di persimpangan.
Mengapa persimpangan
penting?
Berdasarkan data di banyak
negara, 50% lokasi kecelakaan di perkotaan dan 10%-20% lokasi kecelakaan
dipedesaan, terjadi di persimpangan. Perbedaan persentase tersebut terjadi
karena pada area perkotaan lebih banyak terdapat persimpangan, demikian juga
dengan volume lalu lintas yang melaluinya. Volume yang tinggi mengakibatkan paparan
yang lebih tinggi sehingga membawa risiko kecelakaan yang lebih besar pula. Berdasarkan
data di banyak negara, 50% lokasi kecelakaan di perkotaan dan 10%-20% lokasi kecelakaan
dipedesaan, terjadi di persimpangan. Perbedaan persentase tersebut terjadi
karena pada area perkotaan lebih banyak terdapat persimpangan, demikian juga
dengan volume lalu lintas yang melaluinya. Volume yang tinggi mengakibatkan paparan
yang lebih tinggi sehingga membawa risiko kecelakaan yang lebih besar pula.
Persimpangan dapat dikategorikan dalam empat grup
utama :
- Persimpangan empat kaki
- Persimpangan T
- Persimpangan Y
- Persimpangan multi kaki
Bentuk kendali utama di persimpangan adalah :
- Tanpa kendali fisik – pergerakan kendaraan diatur
berdasarkan tata-cara berlalulintas di belokan atau simpangan;
- Jalan prioritas (major) dengan rambu‘larangan berjalan
terus (Berhenti atau Beri Jalan);
- Bundaran;
- APILL, dengan kendali (penuh atau sebagian) untuk lalu
lintas yang berbelok kanan.
Tata cara berlalu lintas berlaku untuk setiap jenis
persimpangan. Misalnya, kendaraan yang memasuki sebuah persimpangan harus
memberi jalan pada kendaraan dari arah kiri. Kendaraan yang berbelok ke kiri
memiliki prioritas dibandingkan kendaraan yang berbelok ke kanan. Tata cara
berlalu lintas yang dipahami dengan baik oleh semua pengguna jalan sangat
penting bagi terciptanya sebuah sistem lalu lintas yang berkeselamatan dan
efisien. Tata-cara berlalu lintas harus ditegakkan–Polisi berperan vital di
sini. Ahli teknik perlu memberi kesempatan kepada Polisi untuk dapat menegakkan
aturan secara efisien dengan membangun persimpangan dan memasang rambu yang
sesuai dengan praktek yang benar dan tata-cara berlalu litas yang berlaku.
Kanalisasi digunakan untuk memperbaiki tata letak persimpangan
dan membuat pergerakan lalu lintas lebih teratur. Misalnya, dengan memasang
pulau pemisah pada pendekat jalan minor akan tercipta ruang untuk memasang
duplikat rambu ”larangan berjalan terus (Berhenti atau Beri Jalan)”. Ini
membantu memperingatkan pengemudi/pengendara di jalan minor.
Variasi persimpangan sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain :
- Kecepatan kendaraan yang menghampiri.
- Jumlah kaki persimpangan.
- Sudut antar kaki persimpangan.
- Jarak pandang kendaraan yang menghampiri.
- Alinyemen.
- Jumlah lajur tambahan.
- Kanalisasi.
- Radius putar.
- Lampu penerangan.
- Lebar lajur dan bahu jalan.
- Jenis kendali persimpangan.
Beberapa persimpangan akan lebih tepat menggunakan
APILL, atau rambu “larangan berjalan terus (Berhenti atau Beri Jalan)”, atau
bundaran. Untuk memaksimalkan keselamatan di persimpangan, kita harus menjamin
kesamaan kendali di semua jenis
persimpangan. Untuk mencapai kesamaan itu, harus
ada standar desain persimpangan dan kendali lalu lintas di persimpangan.
Apakah kita sedang merancang persimpangan baru atau
menyelidiki sebuah persimpangan yang telah menjadi titik rawan kecelakaan,
prinsip keselamatan
kecelakaan tetap sama, yakni :
- memberikan jarak pandang yang cukup di persimpangan,
dan jarak pandang memadai untuk kendaraan yang mendekat atau berhenti di persimpangan;
- meminimalkan jumlah titik konflik;
- mengurangi kecepatan relatif antarkendaraan;
- mengutamakan pergerakan lalu lintas yang
ramai;
- memisahkan konflik (jarak dan waktu);
- mendefiniskan dan meminimalkan wilayah
konflik;
- mendefinisikan pergerakan kendaraan;
- menentukan kebutuhan ruang milik jalan;
- mengakomodasi semua pergerakan pengguna jalan (kendaraan
dan non-kendaraan);
- menyederhanakan persimpangan;
- meminimalkan tundaan bagi pengguna jalan.
Tindakan pencegahan
tabrakan di persimpangan
Perlakuan tabrakan persimpangan
harus menjadi salah satu prioritas tertinggi kita sebagai ahli rekayasa keselamatan
jalan. Tabrakan ini merupakan target utama program lalu lintas untuk beberapa
alasan. Pertama, ini merupakan sebagian besar dari masalah tabrakan secara
keseluruhan, baik di area pedesaan maupun perkotaan. Kedua, tugas melaksanakan
pencegahan hemat biaya dengan membuat sejumlah perubahan di lingkungan fisik
lebih mudah dan kemungkinan suksesnya di persimpangan lebih tinggi daripada di
lokasi lain. Ketiga, jenis tabrakan persimpangan tertentu cenderung lebih gawat
karena tidak ada perlindungan penumpang yang efektif di banyak kendaraan yang terlibat
dalam tabrakan samping, juga karena diferensial kecepatan tabrakan belok kanan.
Terakhir, bidang rekayasa keselamatan jalan selama bertahun-tahun telah
mengembangkan banyak perangkat pengelolaan dan teknik manajemen lalu lintas
yang, bila diterapkan dengan benar, terbukti sangat hemat biaya dalam
mengurangi kejadian dan/atau kegawatan tabrakan di persimpangan. Kita harus
memanfaatkan berbagai keberhasilan ini. Sebaiknya kita memilih dan melaksanakan
solusi paling hemat biaya yang menyediakan keseimbangan terbaik dalam berbagai
kepentingan yang berkompetisi.
a. Tabrakan di
persimpangan
Tabrakan di persimpangan
biasanya akibat melintas simpang tanpa terkendali atau tabrakan akibat gerakkan
awal yang terlalu dini. Tabrakan akibat melintas simpang tanpa kendali terjadi
saat pengemudi atau pengendara kendaraan di jalan “kecil” tidak menyadari
persimpangan dan melaju ke sana tanpa mengurangi kecepatan. Bila hal itu terjadi
saat kendaraan kedua melintas di persimpangan jalan yang berpotongan, akan
terjadi tabrakan sudut kanan. Sangat mungkin bahwa pengemudi atau pengendara melewati
persimpangan tanpa tahu itu adalah persimpangan – dan jika tidak terjadi
tabrakan, pengemudi atau pengendara itu tidak akan tahu kesalahannya yang dapat
saja berakhir tragis. Tindakan pencegahan yang paling tepat untuk tabrakan
akibat melintas simpang tanpa kendali adalah memperjelas persimpangan. Kita
dapat
melakukannya dengan berbagai
cara, termasuk :
- Memotong dedaunan yang
menghalangi
- Mengecat ulang garis tengah
dan garis tunggu
- Memajukan rambu peringatan
- Memajukan rambu arah
- Menyediakan penerangan
- Memperbanyak rambu Berhenti/Beri
Jalan
- Memasang pulau pemecah di pendekat
Tindakan pencegahan paling
tepat untuk tabrakan akibat gerakan awal yang terlalu dini biasanya lebih sulit
dikembangkan dan lebih mahal. Perlakuan lazim
mencakup; bundaran, APILL, atau
meningkatkan garis pandang. Simpang empat terkenal dengan tabrakan persimpangan
dan dapat diperbaiki dengan beberapa jenis pencegahan, bergantung pada
klasifikasi fungsi jalan yang berpotongan, jenis pemakai jalan di lokasi, juga
berbagai batasan fisik dan/atau lingkungan lain.
b. Tabrakan belok kanan
Tabrakan belok kanan adalah
masalah di persimpangan berambu. Usaha untuk mengurangi kejadian dan keparahan
tabrakan belok kanan terutama meliputi penggunaan tahap berbelok untuk gerakan
yang relevan. Tahap belok kanan yang dikendalikan penuh (tampilan panah
3-aspek) telah terbukti efektif dalam mengurangi tabrakan jenis ini, dengan
pengurangan sampai 65%. Tabrakan belok kanan cenderung sedikit di persimpangan
tanpa rambu sehingga kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang efektif
dalam situasi ini. Namun, secara logis penyediaan bundaran akan efektif, selain
juga peningkatan mutu jarak pandang bagi lalu lintas yang mendekat dengan
menyingkirkan rintangan dan/atau penyediaan lajur belok kanan terpisah. Lajur
belok kanan terpisah juga mengurangi tekanan dari pemakai jalan di belakang
yang mungkin tertahan oleh kendaraan yang belok kanan. Lajur terpisah juga mengurangi
potensi tabrakan depan-belakang.
c. Tabrakan pejalan
kaki
Proporsi besar tabrakan yang
memakan korban pejalan kaki terjadi di persimpangan. Beberapa persimpangan dikelola
dengan rambu Berhenti/Beri Jalan di mana pejalan kaki harus menyeberang dengan
mencari jalan sendiri. Namun, di APILL, pejalan kaki dibantu dengan berbagai
cara. Jenis tabrakan pejalan kaki di perimpangan dengan APILL melibatkan
konflik dengan kendaraan belok kiri atau kanan. Adanya pejalan kaki memperumit
kegiatan mengemudi, terutama sebagai komponen pemecah perhatian dalam
lingkungan lalu lintas yang sudah sulit sejak awal. Di persimpangan dengan
APILL, kita dapat menggunakan fase belok kanan yang terkendali atau pada fase
separasi untuk memisahkan gerakan kendaraan dan pejalan kaki dalam waktu. Di
persimpangan tanpa APILL, peningkatan geometri terbukti berhasil. Misal pulau
pendekat pusat atau kerb menonjol yang dapat mengurangi lebar jalan yang diseberangi,
atau yang membuat pejalan kaki lebih terlihat.
d. Tabrakan
depan-belakang
Tabrakan depan-belakang dapat
terjadi di mana saja di jaringan jalan. Namun, lebih sering terjadi di persimpangan
saat pengemudi atau pengendara mengambil keputusan untuk berhenti dan pengemudi
atau pengendara di belakangnya gagal bereaksi tepat waktu. Tabrakan
depan-belakang dapat terjadi di persimpangan yang dikendalikan oleh rambu
(Berhenti atau Beri Jalan). Jika sebuah persimpangan memiliki sejarah tabrakan
seperti ini, perhatikan pendekat dan cobalah memastikan apakah rambu
Berhenti/Beri Jalan cukup mencolok untuk jarak memadai. Apakah pengendara atau
pengemudi terlambat bereaksi dan menyebabkan masalah depan-belakang? Sedapat mungkin
upayakan agar semua pengemudi dan pengendara yang mendekat menyadari kehadiran persimpangan
itu. Pasang rambu peringatan dini atau rambu pengarah dini sekitar 50 m sebelum
persimpangan. Syarat paling jelas di APILL adalah kendaraan berhenti saat lampu
merah. Konsekuensinya adalah meningkatnya risiko tabrakan depan-belakang.
Namun,
risiko dapat dikurangi dengan :
- Membuat tampilan rambu mencolok agar
terlihat jelas dari setiap lajur pendekat di depan persimpangan.
- Memelihara permukaan aspal sehingga berkemampuan
antiselip yang bagus dalam kondisi basah atau kering.
- Memberikan lajur belok eksklusif di
persimpangan berambu dan tak berambu untuk mengurangi konflik di antara
kendaraan yang mendekat dari arah yang sama.
Post a Comment for "TEKNIK REKAYASA KESELAMATAN DI JALAN RAYA"